27 September 2024

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, mengajak seluruh pihak untuk menyelesaikan masalah kerusuhan suporter yang ada di Indonesia. Namun begitu, ia juga berharap jika masalah ini bisa diselesaikan sendiri secara langsung oleh PSSI selaku badan yang menaungi olahraga selakbola di Tanah Air.

Berbekal dari pengalaman sebelumnya, Zainudin tak ingin sepakbola Indonesia kembali mendapat banned dari Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) akibat pemerintah terlalu dalam di permasalahan PSSI. Ia lebih menyarankan jika permasalahan kerusuhan di Surabaya bisa diselesaikan secara internal karena Menpora ingin mematuhi peraturan FIFA.

“Kami mendorong untuk semua cabang-cabang olahraga termasuk PSSI, termasuk sepakbola kita, mereka mengurus dirinya sendiri menyelesaikan sendiri urusannya dan kalau tidak bisa selesai, kita ada KOI lanjut ke KONI. Setelah itu, kalau tidak bisa menemukan jalan keluar, pemerintah baru masuk. sebab kita harus mengubah paradigma kita mereka pemerintah itu bisa menyelesaikan segalanya, sekarang tidak bisa. Harus kita secara bersama-sama, semua stakeholder ikut bersama-sama, kita punya tanggung jawab untuk menyelesaikan setiap persoalan,” ungkap Zainudin dalam wawancara eksklusif bersama iNews TV, Rabu 30 Oktober 2019.

“Sepakbola ini ada induk internasionalnya, FIFA, kemudian ada aturan-aturan internal yang harus dipatuhi, nah pemerintah patuh terhadap aturan-aturan itu sehingga tidak mau masuk terlalu dalam kepada urusan yang tidak menjadi urusan pemerintah. Kita sudah pernah ada pengalaman kita di-banned,” tambahnya.

“Saya kira bukan ikut campur dalam artian kita yang harus menyelesaikan, tetapi mengajak duduk kelompok-kelompok suporter, dengan pihak keamanan dengan pengurus klub. Masa sih kita enggak bisa tertib seperti menonton liga di Eropa. Saya masih optimis bisa. Kita harus sama-sama, kita tidak bisa lagi pemerintah harus posisinya di atas kemudian cabang-cabang olahraga khususnya sepakbola menjadi bawahannya. Itu tidak. Kita adalah mitra yang equal, yang saling mengingatkan saling memberi jalan keluar. dengan begitu kebersamaan tetap bisa terjaga dan partisipasinya akan terbangun,” lanjutnya.

Seperti diketahui, kerusuhan suporter terjadi di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, pada Selasa 23 Oktober 2019 setelah Persebaya Surabaya kalah 2-3 dari PSS Sleman. Kerusuhan pun tak terhindarkan yang menyebabkan berbagai kerusakan di Stadion GBT. Hal ini bisa saja berimbas kepada kepercayaan publik terhadap Indonesia yang baru saja ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *